Jelajah
IMG-LOGO

SAKTI (Refleksi Kesaktian PANCASILA)

Create By 30 September 2020 48 Views

Mendengar kata sakti ingatan saya akan kembali kemasa lalu saat menonton film pendekar. Ia yang jago silat, punya tenaga dalam, memiliki berbagai jurus bela diri yang lengkap, bisa jalan diatas air sungai, mampu terbang diawang-awang, bahkan bisa menghilang dan sulit dikalahkan lawan-lawanya, jika hampir kalah setidaknya pendekar itu bisa bertahan untuk tetap tegar.

Waktu mengaji dulu ada seorang teman yang tergolong pandai, bertanya kepada pak ustadznya " Ustadz, Nabi Ibrahim tahan api saat dibakar Raja Namrudz, Tongkat Nabi Musa bisa berubah menjadi ular, dan mampu membelah lautan, Nabi Soleh sanggup mengeluarkan seekor unta dari batu, apakah semua itu adalah kesaktian?". "ya, menurut bapak itu kesaktian, namun perlu kalian fahami, kesaktian yang dimiliki oleh para nabi adalah semacam kekuatan yang datang dari Allah SWT, atas ijin Allah sebagai mukjizat untuk pembelajaran bagi umat-umat beliau, dan kita wajib mengimaninya mukjizat- mukjizat tersebut" bagitu jawaban singkat sang Ustadz pada murid muridnya.

Kata Sakti sendiri menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti, mampu atau kuasa berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam. pertanyaan yang muncul kemudian adalah seperti yang kita peringati tanggal 1 oktober ini, Kenapa ada kata pancasila sakti, apakah pancasila itu seperti pendekar yang punya tenaga dalam dan ampuh serta mampu berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam?

Pancasila yang sejak lahirnya tanggal 1 juni 1945 disepakati sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, way of life, ia merupakan wadah, perangkat ataupun "manual" ber-Indonesia, dan oleh para "designer" bangsa telah diformulasikan sebagai ajakan untuk bertuhan, berkemanusiaan, berkesatuan, bermusyawarah dan berkeadilan. Sungguh sebuah resep yang ideal bagi perikehidupan berbangsa. Pancasila sendiri akan hidup bila disana ada pengejawantahan yang dilakukan oleh warga bangsa. Atau dengan pengertian lain Pancasila tanpa warga bangsa yang menghidup hidupkan, tak akan ada arti dan nilainya.

Pancasila Sakti adalah kata yang timbul dari sebuah perjalanan sejarah, dimana sebuah kesepakatan yang final sebagai dasar negara, merasa "terganggu" bahkan terancam oleh keberadaan ideologi komunisme yang telah menguat secara politis dan gerakan, yang secara umum kita mengetahui bahwa komunisme adalah ideologi nir agama dan nir ketuhanan. Namun dengan kesadaran penuh dari bangsa yang berpancasila ini, kekuatan ideologi dapat kita tangkis dengan kekuatan "tenaga dalam" sila pertama ketuhanan dan dilengkapi "jurus-jurus" sila kedua kemanusiaan, sila ketiga persatuan, sila keempat permusyawaratan dan sila kelima keadilan. Komunisme bisa kita kalahkan dan hengkang dari bumi pertiwi.

Masa demi masa berjalan mengikuti alur dinamika. Pancasila sakti tak sekedar hanya keberhasilanya dalam melawan komunisme. Gejala dunia berupa Globalisasi dan indutrialisasi ternyata melahirkan tantangan tantangan lebih berat dengan munculnya "ideologi-ideologi" baru, semacam Hedonisme atau faham pencapaian keduniaan yang melalaikan akan adanya alam akherat, pragmatisme yang meluruhkan nilai-nilai kemanusiaan, materialisme yang hanya menilai semuanya dengan ukuran-ukuran, sekulerisme yang menjauhkan keutamaan agama, individualisme yang meluruhkan semangat kebersamaan. itu semua tampaknya sedikit banyak telah merasuk ke sendi sendi kehidupan anak bangsa.

Pancasila sakti bukan hanya slogan, bukan pula sekedar retorika, pancasila sakti adalah "jurus" sekaligus "tenaga dalam" dan sejauh mana bisa menjawab tantangan-tantangan itu. Pancasila akan sakti, bila warga bangsa senantiasa menghidupkan agamanya untuk menangkis sekulerisme. pancasila akan sakti, bila warga bangsa memiliki kepekaan sosial sebagai resistensi pragmatisme dan individualisme. Pancasila akan sakti, bila warga bangsa punya itu Yu'minuna bil ghoibi untuk menangkis faham materialisme. Dan Pancasila akan tetap sakti, bila warga bangsa selalu menghidup-hidupkan semangat pancasila. Jika tidak ada sedikitpun semangat untuk itu, mungkin jauh panggang dari api. Wallahu A'lam

Oleh : oleh : Wildan Sule Man  (Muhammad Wildan Warga Kliwonan II) 30 09 20